Rabu, 08 Oktober 2014

Gerhana Bulan dan Budaya Bugis

Masyarakat Kabupaten Bone menyaksikan gerhana bulan total yang terjadi pada pukul 18.10 WITA  Rabu malam  (8/10/2014) bahkan masyarakat diseluruh wilayah Indonesia menyaksikan peristiwa alam ini, Hal ini  berdasarkan pengamatan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ) Gerhana ini dapat diamati dari Amerika, Samudra Pasifik, Australia dan Asia kecuali Asia Barat

Bagi masyarakat Bugis jika terjadi gerhana bulan khususnya kaum wanita punya kebiasaan membuat bedak dari tepung beras. Beras yang akan dijadikan bedak itu diambil dari rumah tetangga secara diam-diam tapi tak banyak lho cukup dua genggam karena tuan rumah juga sudah tahu kebiasaan ini bila terjadi gerhana bulan. bahkan tuan rumah juga ambil beras milik tetangga secara diam-diam. Jadi impas kan?.

Katanya untuk bikin bedak biar kulitnya halus dan rupanya secantik ketika bulan ketemu matahari. Apalgi gadis-gadis Bugis masa lalu sudah menjadi kebiasaan melakukan hal seperti ini. Katanya mudah dapat jodoh benar atau tidak tapi memang juga ada yang terbukti. Sebenarnya masih banyak kebiasaan masyarakat Bugis yang tidak ditulis di sini seperti membunyikan Genrang pangampi dll.

Peristiwa gerhana bulan merupakan fenomena alam biasa. Namun bagi umat Muslim, disunnahkan untuk melaksanakan shalat gerhana secara berjamaah.

Gerhana dalam istilah agama disebut dengan khusuf atau kusuf. Maksudnya adalah hilangnya sebagian cahaya matahari dan bulan atau hilangnya secara keseluruhan cahaya keduanya karena sunnatullah yang menyebabkan langit berwarna gelap atau hitam. Gerhana itu sendiri terdiri dari dua macam gerhana yaitu gerhana matahari yang dikenal dengan “kusuf” dan gerhana bulan yang dikenal dengan istilah “khusuf”.

Salat gerhana adalah salat sunah yang dilaksanakan pada waktu terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan. Salat sunah gerhana matahari disebut dengan salat kusuf. Sedangkan salat sunah gerhana bulan disebut dengan salat khusyuf. Ketentuan melaksanakan kedua salat gerhana tersebut adalah :
  1. Dilaksanakan pada saat terjadinya gerhana. Artinya, gerhana tersebut belum hilang.
  2. Dilaksanakan di masjid atau musalla.
  3. Salat dikerjakan sebanyak dua rakaat.
Adapun tata cara pelaksanaanya adalah sebagai berikut :
  1. Niat
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca doa iftitah
  4. Membaca surat al- Fatihah
  5. Membaca salah satu surat atau beberapa ayat dalam Al- Qur’an
  6. Ruku’ dan membaca do’a ruku’
  7. I’tidal dan membaca do’a I’tidal.
  8. Setelah membaca do’a I’tidal tidak sujud tetapi membaca surat Al- Fatihah kembali
  9. Membaca salah satu surat atau beberapa ayat dalam Al- Qur’an
  10. Ruku’ dan membaca do’a ruku’
  11. I’tidal dan membaca do’a I’tidal
  12. Sujud dan membaca do’a sujud
  13. Duduk diantara dua sujud dan membaca do’a diantara dua sujud
  14. Sujud kembali dan membaca do’a
Demikian tadi adalah rekaat pertama. Setelah sujud kedua berdiri kembali untuk melaksanakan rekaat kedua dengan ketentuan yang sama seperti rekaat pertama. Setelah selesai sujud pada rekaat kedua kemudian membaca tasyahud atau tahiyyat akhir.

Dasar dianjurkannya salat gerhana adalah ketika terjadi gerhana matahari pada hari wafatnya Ibrahim putera Rasulullah saw. Berkatalah orang-orang, “Telah terjadi gerhana matahari kerana wafatnya Ibrahim.” Rasulullah saw kemudian bersabda :

Artinya : “Matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya. Matahari gerhana, bukanlah kerana matinya seseorang atau lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka hendaklah kamu salat dan berdoa sehingga habis gerhana.” (HR. Bukhari & Muslim).

Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.

Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5° , maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika.

Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi.

Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.

Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali. Ketika gerhana bulan sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana (salat khusuf)
Sumber : PDE BONE

Posting Komentar

BONE

BONE

BONE

 
Supported PDE Bone / Copyright © 2014 RAPI KABUPATEN BONE